Nike Ardilla, Bintang Kehidupan yang Meninggal di Usia Muda

Nike Ardilla

Nike Ardilla adalah seorang legenda. Bagi yang mengecap masa muda di era 1990-an pasti akrab dengan nama salah satu penyanyi pop paling populer pada masa itu. Buku tulis anak sekolah di masa itu bersampul wajah sosok yang disapa Keke ini, begitu pula dengan buku teka-teki silang.

Tahun 1990 adalah masa keemasan Nike Ardilla. Setelah menelurkan album di tahun 1989, nama Nike Ardilla melejit naik di jajaran musisi Indonesia.

Penyanyi yang memiliki nama Raden Rara Nike Ratnadilla Kusnadi itu lahir di Bandung pada 27 Desember 1975 mendominasi dunia tarik suara Indonesia di tahun 1990. Album Bintang Kehidupan bahkan terjual hingga 2 juta copy saat itu.

Nike pun semakin produktif merilis album. Beberapa album yang dirilisnya adalah Nyalakan Api, Matahariku/Izinkan, Biarkan Aku Mengalah, Biarkan Cintamu Berlalu, Duri Terlindung, Suara Hatiku, Sandiwara Cinta, dan Mama Aku Ingin Pulang.

Tidak hanya mempunyai talenta sebagai penyanyi, Nike pun memiliki bakat sebagai aktris dan model. Nike sempat terpilih sebagai model GADIS Sampul saat itu.

Berbagai macam penghargaan dan prestasi pun diraih Nike di usianya yang masih sangat muda. Sayangnya, karier Nike Ardilla yang begitu cemerlang berakhir setelah sebuah kecelakaan merenggut nyawanya. Ia meninggal dalam usia yang masih sangat muda.

Berita kematian sang idola itu menyebar begitu cepat dengan sejumlah spekulasi. Ada yang menyebutkan sang ‘Marilyn Monroe’ Indonesia ini sengaja dihabisi, dengan menyabotase mobil yang dikendarainya. Soal ini bahkan sampai melibatkan nama Poppy Mercury yang dianggap ikut bertanggung jawab.

Baca juga: Amerika Serikat Resmi Larang TikTok

Berikut kronologis kecelakaan penyanyi dengan panggilan Keke yang saya kutip dari kicauan PakarLogika:

Jumat, 17 Maret 1995
Nike Ardilla masih disibukan dengan syuting sinetron Trauma Marissa II di kawasan Lenteng Agung dan Pasar Minggu, Jakarta Selatan hingga larut malam.

Setelah syuting selesai, ia segera bergegas kembali ke kontrakannya.

Sabtu, 18 Maret 1995
Pukul 02.00 Keke tiba di rumah kontrakannya di Jalan Mangga No. 10A, Fatmawati, Jakarta Selatan. Ia begitu kelelahan setelah hampir 10 jam menjalani proses syutingnya dengan memerankan Marissa dalam sinetron tersebut.

Dalam kelelahannya, Nike Ardilla masih menerima rekan-rekannya berkunjung hingga subuh, di antaranya adalah Deddy Dhukun, Rany Noor, Melly Goeslaw, Mona, Nona, Anggun, dan Fitri.

Malam itu Keke tidak bisa tidur sampai meminta Nona untuk menemani nonton film Cinderella di video VHS yang baru saja dibeli.

Pukul 08.00 Keke dan sahabat sekaligus manajernya, Atun, menuju ke lokasi syuting sinetron Warisan II di Jalan Atletik, Bogor.

Mobil Keke kala itu dikemudikan oleh Alim, seorang supir yang dipinjamkan tetangga kontrakannya di Jalan Mangga.

Pukul 10.00 Keke tiba di lokasi syuting. Nike Ardilla segera meminta maaf kepada seluruh kru karena datang terlambat.

Tidak seperti biasanya, ia meminta tim make-up untuk membuat alisnya seperti Marilyn Monroe, idolanya. Syuting pun dimulai.

Pukul 19.30 syuting pun berakhir. Sebelum bertolak ke Bandung menuju rumahnya, ia berpamitan kepada para kru.

Selama perjalanan, Keke tidak banyak bicara. Mobil dikemudikan oleh Alim, Keke dan Atun duduk di jok belakang.

Pukul 23.00 mereka pun sampai di rumah. Dengan disambut sang ibu, Nike Ardilla memohon maaf dari ibunya.

“Do’akan Neneng (sapaan Keke di rumah), agar tetap sehat. Kalau ada salah, hampura (maafkan dalam bahasa Sunda),” tiru Atun di berbagai kesempatan.

Hanya sebentar Keke menginjakan kaki di rumahnya. Pukul 23.30 Keke langsung meninggalkan rumah bersama Atun untuk menuju ke sebuah diskotik bernama Studio East.

Keke yang membawa mobilnya, sementara Alim diminta istirahat di rumah karena keesokan harinya akan kembali ke Bogor.

Di tengah perjalanan, Keke ditelepon oleh Eddy Bogel, fotografer Aneka. Nike Ardilla diminta langsung datang ke Hotel Jayakarta di Jalan Ir. Juanda.

Karena teman-temannya dari Jakarta ingin ke Diskotik Pollo di Jalan Asia Afrika, karena Keke pun sudah janji mengantar mereka.

Baca juga: Mengapa Candle In The Wind Menjadi Lagu Tersukses Sepanjang Sejarah?

Minggu, 19 Maret 1995
Pukul 00.00 Keke dan Atun tiba di Hotel Jayakarta, Bandung. Mereka langsung menuju Diskotik Pollo menggunakan 3 mobil bersama-sama. Mereka di antaranya Eddy Bogel, Ari Sihasale, dan seorang pragawati.

Pukul 00.30 mereka pun tiba di Diskotik Pollo. Nike Ardilla bertemu dengan Titi DJ dan Bucek Deep di sana. Lucy Dahlia pun ada di sana. Menurut berbagai saksi, ia hanya memesan orange juice.

Sekitar pukul 03.00 mereka meninggalkan Diskotik Pollo. Keke melihat ban kiri mobilnya kempes.

Denny Mukti pun membantu memasang ban cadangan yang diketahui lebih kecil ukurannya dari ban lainnya. Nike sempat diingatkan supaya hati-hati.

Pukul 04.30 Keke sempat mengantar Eddy Bogel dan Ari Sihasale ke Hotel Jayakarta.

Sekitar pukul 05.00 kecelakaan pun terjadi di Jl. Riau yang kini berganti nama jadi Jl RE Martadinata. Sebagian orang masih tetap menyebutkan jalan Riau. Dalam kecelakaan itu, Nike meninggal dunia.

Jenazah Keke disemayamkan di rumah orangtuanya di Jalan Parakan Saat 1/37, Bandung.

Lalu pada hari itu juga langsung dibawa ke Imbanagara, Ciamis, untuk dimakamkan di pemakaman keluarga. Pelantun tembang hit Bintang Kehidupan itu tutup usia pada umur 19 tahun.

Ada banyak sekali rumor yang beredar di balik meninggalnya sang bintang kehidupan. Ada yang mengatakan bahwa Nike mengemudi dalam keadaan mabuk sehingga terjadi kecelakan; ada yang bilang ban mobilnya disabotase oleh sesama penyanyi pop, tapi informasi ini tidak terverifikasi; ada yang menyebutkan bahwa mobilnya sudah diincar. Konon ada yang berniat mencelakainya karena waktu itu dia dekat dengan suami dari anak keluarga paling berkuasa di jaman itu.

Meski sang penyanyi sudah lama berpulang, lagu-lagunya masih terus dinyanyikan orang. Tidak ada yang bisa menandingi suara emasnya.

Note: tulisan ini diolah dari akun Twitter @PakarLogika

Exit mobile version