Pentingnya Para Blogger Melek Asuransi #asuransilifepal

Ilustrasi perlindungan asuransi. Foto: Pixabay.com

Saya punya pengalaman buruk berkaitan dengan asuransi, bahkan membuat saya trauma tiap kali mendengar kata asuransi disebutkan. Seingat saya ada dua kejadian mengapa asuransi bikin saya trauma. Inilah yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini.

Sekira tahun 2008, saya membeli polis asuransi di sebuah perusahaan terkenal. Hal itu saya lakukan bukan semata-mata karena saya tahu betapa pentingnya asuransi, melainkan demi membantu seorang teman memenuhi target nasabah/klien. Sebagai sales/agen di sebuah perusahaan asuransi, dia akan diberhentikan jika tidak mampu memenuhi target jumlah nasabah yang direkrut. Karena kasihan, dengan terpaksa, saya bersedia menjadi calon klien/nasabah dan membeli polis asuransi.

Saat itu saya tidak begitu peduli dengan manfaat yang akan saya terima. Bahkan berkas polis yang diberikan pun tidak pernah saya baca-baca. Saya juga tidak menganggap penting penjelasan tentang polis asuransi dan hal-hal yang akan saya dapatkan sebagai pemegang polis. Pun begitu, setiap bulan saya rutin menyetorkan uang premi asuransi dengan jumlah yang sudah disepakati dalam kontrak.

Setelah hampir tiga tahun berjalan, masalah pun muncul. Saya memutuskan resign dari pekerjaan, dan fokus menjadi penulis lepas. Karena tidak lagi memiliki penghasilan tetap (gaji), saya mulai kewalahan membayar iuran bulanan: sering telat bayar, dan lama-lama menunggak betulan. Saya pun sering mengabaikan panggilan telepon dari kantor asuransi tersebut. Bahkan saya merasa panggilan itu sebagai teror yang mengganggu kenyaman hidup saya.

Sebagai penulis lepas, pendapatan saya jelas tidak menentu. Kadang dapat lumayan, kadang tidak ada sama sekali. Uang simpanan pun terpaksa dipakai. Alhasil, saya tidak sanggup lagi membayar premi asuransi. Lalu, dengan sendirinya saya ‘dianggap’ keluar dari program asuransi. Semua setoran bulanan yang hampir tiga tahun saya bayar, berakhir dengan sia-sia.

Pengalaman kedua yang berkaitan dengan asuransi juga tidak kalah menyakitkan. Akhir November 2017, saya membeli sebuah mobil dengan cara kredit di sebuah leasing. Saya pilih kredit dengan masa cicilan empat tahun dan besaran DP sekitar Rp50 juta. Jumlah angsuran bulanan adalah sekitar Rp3 juta, jumlah yang saya anggap masih memungkinkan saya bayar.

Saya diberitahu oleh sales, bahwa mobil saya tersebut sudah diasuransikan. Katanya, biaya angsuran Rp3 juta per bulan, itu sudah termasuk asuransi di dalamnya. “Satu tahun all risk, dan tiga tahun lagi TLO,” kata sales. Saya yang sehari-hari berprofesi sebagai blogger tidak begitu paham dengan istilah-istilah tersebut.

Pun begitu, saya diberitahu bahwa asuransi all risk yaitu jenis asuransi mobil yang menanggung segala jenis kerusakan, mulai dari penyok, baret, hingga hilang akibat pencurian. Sementara asuransi TLO atau total loss only adalah produk asuransi mobil yang memberikan ganti rugi jika kendaraan rusak parah (tidak bisa digunakan) atau kerusakannya di atas 75 persen.

Ketika itu saya masih menganggap sistem asuransi tersebut (setahun all risk dan tiga tahun TLO) sudah memadai. “Yang penting ada asuransinya,” begitu pikir saya. Saya tidak punya gambaran bahwa saya akan menggunakan asuransi tersebut. Dalam hati saya berdoa semoga tidak terjadi apa-apa pada mobil saya. Setahun berlalu, dan mobil saya tidak mengalami masalah yang berarti. Hanya kaca spion sebelah kiri patah kena tiang listrik, dan untungnya masih bisa diperbaiki.

Nah, akhir November 2020 saya mengalami kecelakaan serius. Mobil saya ditabrak dari samping oleh pengendara sepeda motor. Dua pintu, depan dan belakang, rusak parah. Kaca spion sebelah kanan patah. Secara kerusakan jelas tidak mencapai 75 persen seperti syarat untuk mendapatkan pertanggungan dari asuransi TLO. Pun begitu, saya mencoba cari tahu apakah saya bisa melakukan klaim asuransi untuk memperbaiki mobil. Ternyata tidak bisa. Alasannya ya, mobil saya tidak mengalami kerusakan lebih dari 75 persen. Sekali lagi, iuran asuransi yang saya bayarkan menjadi tidak berguna sama sekali.

Setelah dua kejadian itu, terus terang, saya trauma tiap kali mendengar kata asuransi. Pengalaman hidup saya berkaitan dengan asuransi tidak begitu bagus. Bayangkan, iuran bulanan yang saya bayarkan sama sekali tidak memberi manfaat sedikit pun untuk saya. Padahal, para agen asuransi sering menjelaskan bahwa asuransi merupakan sistem pertanggungan terbaik dan bentuk investasi untuk masa depan. Setidaknya itulah yang saya pahami belakangan ini.

Kejadian kedua (kecelakaan mobil) menyadarkan saya bahwa kita tidak boleh salah pilih produk asuransi. Sebagai pemegang polis kita berhak tahu sedetail-detailnya terkait produk asuransi yang kita pilih, dan manfaat apa yang bakal kita terima. Misalnya, dalam kasus asuransi mobil, kita perlu tahu apa itu asuransi all risk dan TLO, dan mana yang benar-benar sesuai untuk kita.

Apa itu Asuransi

Oh ya, dari tadi kita terus saja membahas tentang asuransi. Sebenarnya apa itu asuransi? Dari sejumlah literatur yang saya baca, istilah asuransi disebutkan berasal dari bahasa Inggris, insurance, dan juga dari bahasa Belanda, assurantie atau verzekering. Asuransi kerap dijelaskan sebagai sebuah perjanjian antara dua orang atau lebih di mana pihak tertanggung membayarkan iuran/kontribusi/premi untuk mendapat penggantian atas risiko kerugian, kerusakan, atau kehilangan, yang dapat terjadi akibat peristiwa yang tidak terduga.

Dari penjelasan di atas, kita bisa menangkap poin bahwa setidaknya ada tiga pihak utama yang terlibat dalam asuransi. Pertama, penerima/pemegang polis yaitu pihak yang mengajukan dan menandatangani kontrak dengan perusahaan asuransi, dan karenanya memiliki kewenangan dalam produk dan layanan asuransi yang dipilihnya.

Kedua, tertanggung, yaitu orang yang dipertanggungkan atau orang yang dilindungi oleh produk asuransi. Pemegang polis dan orang yang tertanggung ini bisa orang yang sama. Biasanya hal ini ditulis dengan jelas dalam perjanjian.

Ketiga, penerima manfaat, yaitu pihak yang akan menerima uang pertanggungan jika terjadi risiko terhadap tertanggung, seperti meninggal dunia. Nah, tertanggung dan penerima manfaat tidak bisa orang yang sama. Dalam asuransi jiwa, misalnya, penerima manfaat dan tertanggung haruslah orang yang berbeda.

Orang yang ingin mengajukan polis atau menggunakan layanan asuransi mutlak perlu tahu tentang ketiga istilah di atas. Soalnya, dalam perjanjian kontrak, nama pemegang, tertanggung dan penerima manfaat ditulis secara jelas. Ini penting agar tidak terjadi masalah di kemudian hari saat mengajukan klaim asuransi.

Dari penjelasan singkat di atas, kita jadi tahu beberapa elemen dalam asuransi. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Premi: kewajiban yang dibayar pihak tertanggung kepada pihak penanggung (penyedia layanan asuransi) sebagai jasa pengalihan risiko. Pembayaran premi ini wajib dilunasi oleh pihak tertanggung untuk dapat menggunakan manfaat asuransi saat diperlukan.

Polis asuransi: dokumen legal yang menjadi dasar hukum hubungan antara pihak tertanggung (nasabah) dan pihak penanggung (penyedia layanan/perusahaan asuransi). Polis bertindak sebagai dasar untuk membayar biaya ganti rugi atas kerusakan atau kehilangan yang dialami pihak tertanggung. Polis dibuat berdasarkan kesepakatan dan harus dibuat secara tertulis. Karenanya, pemegang polis perlu membaca baik-baik polis asuransi ini.

Klaim: permohonan resmi yang diajukan nasabah terhadap perusahaan asuransi untuk melakukan pembayaran sebagai bentuk ganti rugi atas kerusakan atau kehilangan berdasarkan ketentuan polis asuransi. Sebelum melakukan pembayaran tersebut, pihak perusahaan asuransi akan memeriksa validitas klaim terlebih dahulu.

Blogger Melek Asuransi

Lalu, mengapa blogger perlu melek asuransi? Seperti kita tahu, menjadi penulis blog (blogger) kini tidak lagi sebatas hobi, melainkan sebuah profesi. Sama seperti profesi lainnya, pekerjaan blogger penuh dengan risiko. Masa depan blogger tidak pernah dapat diprediksi, karena itu mereka perlu merencanakan masa depan dengan lebih baik. Di masa depan, blog pun perlu diasuransikan. Siapa tahun, kan?

Sebagai pendengung yang memiliki pengaruh, blogger perlu melek asuransi sehingga dapat mengedukasi masyarakat akan pentingnya asuransi. Ini penting untuk memberi pemahaman kepada masyarakat yang memandang negatif terhadap asuransi. Di masyarakat, misalnya, berkembang stigma bahwa masuk asuransi berarti tidak percaya pada takdir. Menggunakan asuransi dianggap sama dengan mendoakan sesuatu yang buruk terjadi di masa depan.

Blogger perlu melawan stigma negatif seperti itu, dengan cara menulis dan menyebarkan informasi yang benar kepada masyarakat. Bahwa asuransi tidak dapat menghilangkan risiko terjadinya peristiwa tidak terduga, tetapi asuransi dapat mengurangi dampak kerugian yang muncul dari peristiwa tersebut, baik dalam skala kecil maupun besar.

Di negara maju, asuransi bahkan sudah menjadi bagian perencanaan keuangan bagi sebagian orang untuk jangka panjang. Hal-hal begini perlu diseminasi kepada masyarakat, dan ini hanya dapat dilakukan jika para blogger sudah melek asuransi.

Dengan melek asuransi, seorang blogger dapat menyebarkan informasi yang benar terkait asuransi melalui blog. Termasuk menjelaskan perbedaan antara asuransi dan menabung. Soalnya, ada masyarakat yang merencanakan masa depan dengan cara menabung, dan itu tidaklah salah. Hanya saja, mengandalkan tabungan bisa saja tidak cukup. Hal ini karena biaya-biaya yang sudah dipersiapkan bisa jadi tidak mencukupi tunggakan yang diterima.

Kita contohkan saja, ketika sakit seseorang sudah menyiapkan tabungan Rp10 juta. Jumlah ini jelas tidak akan cukup, karena biaya berobat di rumah sakit lumayan mahal. Di sinilah asuransi memainkan perannya, khususnya asuransi kesehatan dan jiwa yang bisa mengcover biaya rumah sakit tersebut.

Jika boleh diandaikan, asuransi itu seperti orang membeli uang besar menggunakan uang kecil. Mereka tidak harus menunggu duitnya banyak dulu untuk menerima manfaat. Inilah mengapa asuransi menjadi penting, dan membuatnya berbeda dari kegiatan menabung.

Oh ya, satu lagi, mengapa blogger perlu melek asuransi? Karena niche asuransi sangat worth it. Para blogger gaek pasti sangat paham soal ini. Soalnya, blogger yang bermain di niche blog asuransi bisa mendapatkan cuan lebih besar dari konten blog biasa. Sudah lama konten blog asuransi memiliki nilai klik di atas rata-rata.

Dan, untuk melek asuransi, situs Lifepal.co.id bisa diandalkan dan dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan, terutama terkait asuransi dan bagaimana memilih produk asuransi yang baik.

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan meski saya punya pengalaman buruk berkaitan dengan asuransi, hal ini sama sekali tidak menghalangi saya untuk belajar melek asuransi. Hal ini mendorong saya untuk belajar memahami asuransi dengan sepatutnya, hingga benar-benar paham, bahwa asuransi itu penting ketika kita merencanakan sesuatu di masa depan. []

Exit mobile version